Markaz Dirasat Islamiyah wa Gharbiyah
Salah satu program kerja CIOS adalah mengadakan riset dalam bidang pemikiran dan peradaban, baik Islam maupun Barat. Selain itu, CIOS juga mengadakan workshop, seminar, ceramah, dan kuliah umum. Hasil kajian dan penelitian tersebut akan disebarluaskan dalam bentuk buku atau karya ilmiah yang diterbitkan oleh CIOS.
CIOS didirikan dengan tujuan utama mencetak sumber daya manusia dengan basis keislaman yang kuat sekaligus berwawasan kontemporer.
Para peneliti CIOS berupaya menggali kembali konsep-konsep penting dalam pemikiran ulama salaf al-shalih. Pada saat yang sama, konsep-konsep penting dalam peradaban Barat juga dikaji secara mendalam.
Dengan pendekatan ini, umat Islam diharapkan mampu mengembangkan konsep-konsep Islam dalam berbagai bidang, tidak hanya di bidang agama, tapi juga mencakup bidang pendidikan, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sains.
Penelitian dilakukan secara kreatif dengan tetap berpijak pada tradisi pemikiran dan peradaban Islam, serta bersifat kritis-selektif terhadap konsep-konsep dari peradaban asing, khususnya Barat, agar dapat menjawab tantangan masa kini.
Take time to think because it is the source of power. Take time to read because it is the foundation of wisdom. Take time to be quiet because it is the opportunity to seek God. Take time to dream because it is the future made of. Take time to pray because it is the greatest power on earth.
If thinking in the sense of intellection were the same as judging, for example, it would not be possible to think without judgment. We would not be able to accept a judgment without thinking because sometimes by mere intuition we accept the truth of a judgment, which in turn means that we do infer without intellection. What all this means is that thought is a necessary step in the process of knowing although in every knowledge acquired by the mind it may not be used because the preliminary ground has already been prepared by previous intellections. In fact, this is true of all faculties of knowledge; each faculty is a necessary element for the process as a whole, but not necessarily needed in every knowledge-acquisition process.
Untuk menunjang berbagai kegiatan ilmiah, CIOS menghadirkan para pembicara internal dari kalangan mahasiswa pascasarjana, peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU), dan para dosen Universitas Darussalam Gontor. Adapun para pembicara eksternal terdiri dari tokoh-tokoh nasional dan internasional. Kegiatan CIOS ini pun banyak diminati, terbukti dengan total peserta sepanjang tahun tercatat hampir mencapai angka 7 ribu.
Paham sekularisme yang menjadi akar kebudayaan Barat bersifat ekspansif, sehingga membutuhkan proses untuk menjadikan segala sesuatu sekuler. Proses itu dinamakan sekularisasi. Dengan proses ini, manusia dewasa menjadi lebih mementingkan kehidupan material ketimbang spiritual. Agama hanya diletakkan dalam kehidupan privat dan tidak boleh masuk ke dalam ruangan publik. Pada poin inilah Seyyed Hossein Nasr menyimpulkan bahwa sekularisasi telah berhasil memindahkan kehadiran spiritualitas dari semua aspek pemikiran dan kehidupan manusia.
Pemikiran dan kehidupan manusia Barat sekarang ini menjadi kosong dari yang sakral, pemikiran dan kehidupan mereka tidak lagi merujuk kepada agama. Akhirnya sekularisme menjadi konsep tentang filsafat kehidupan. Sekularisme menjadi filsafat hidup yang membentuk moral dan nilai kehidupan berdasarkan pikiran manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, moralitas dianggap bersumber pada nilai-nilai yang diciptakan manusia sendiri. Hasilnya “secularism destroys the sanctity and universality (transcendence) of all moral values”. Ya, sekularisme menghancurkan kesucian dan universalitas seluruh nilai moral. Manusia memanfaatkan kreasi manusia lainnya tanpa adanya kontrol dari manusia itu.
Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi Centre for Islamic and Occidental Studies Universitas Darussalam Gontor (PUI-PT CIOS UNIDA Gontor)