Krisis identitas dan spiritualitas yang dihadapi umat Islam dewasa ini merupakan dampak dari dominasi paradigma sekuler dalam ilmu pengetahuan modern. Situasi ini mendorong perlunya Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai solusi strategis yang relevan dalam menjawab tantangan zaman. Berdasarkan pemikiran tersebut, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurussalam menjalin kerja sama dengan Centre for Islamic and Occidental Studies (CIOS) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor untuk memperkuat pemahaman dan implementasi Islamisasi ilmu pengetahuan.
Implementasi kerja sama ini diwujudkan melalui penyelenggaraan kuliah umum bertema “Dekolonisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer: Dari Dewesternisasi ke Islamisasi.” Kegiatan tersebut dilaksanakan secara luring pada Rabu, 24 September 2025 hingga Kamis, 25 September 2025, bertempat di Aula Raudhah, Kampus STIT Nurussalam Sidogede, OKU Timur, Sumatra Selatan. Acara ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Assoc. Prof. Dr. Harda Armayanto, M.A., selaku Direktur CIOS UNIDA Gontor, serta Dr. Achmad Reza Hutama Al Faruqi, M.Ag., selaku Wakil Direktur.
Dalam paparannya, Assoc. Prof. Dr. Harda Armayanto menekankan pentingnya memahami Islam secara menyeluruh melalui tiga tingkatan: Islam, Iman, dan Ihsan, yang mencerminkan kedalaman spiritual dan praktik keberagamaan seorang Muslim. Ia juga menjelaskan bahwa pandangan hidup dalam Islam adalah gabungan antara pikiran, perasaan, keyakinan, dan tindakan, yang mencakup seluruh aspek kehidupan, bukan hanya terbatas pada ritual keagamaan.
Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa Islam adalah pandangan hidup dan jalan hidup (way of life) yang utuh. Mengambil sebagian ajaran Islam dan meninggalkan sebagian lainnya, menurutnya, merupakan bentuk sekularisasi yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam yang komprehensif. Dalam konteks ini, Islamisasi ilmu pengetahuan menjadi upaya untuk mengembalikan ilmu pada akar spiritualnya, sekaligus memastikan kontribusinya terhadap pembangunan peradaban yang adil, beretika, dan berorientasi pada kebaikan umat manusia. Gagasan ini selaras dengan konsep integrasi keilmuan yang saat ini tengah dikembangkan oleh berbagai perguruan tinggi Islam di Indonesia.
Kuliah umum ini sendiri berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama hari ini, dan sesi kedua esok hari. Harapannya, dengan adanya kegiatan ini,akan memperkuat pemahaman peserta, terkhusus civitas akademika STIT Nurusalam akan pentingnya Islamisasi ilmu pengetahuan dalam menghadapi tantangan zaman dan krisis identitas umat Islam saat ini.
Author: M. Aldian Munandar








