Awasi Teknologi yang Menuju ke Arah Teknopoli

SIMAN–Selasa (30/7) lalu, Ustaz Ibnu Muhammad Hamri membawakan tema “Transformasi Masyarakat Menuju Teknopoli: Telaah atas Pemikiran Neil Postman” dalam acara CIOS Researcher Forum (CRF). Peserta PKU angkatan ke-18 asal Jakarta ini mengawali presentasinya dengan terlebih dahulu memperkenalkan Neil Postman.

Neil Postman merupakan seorang pendidik dan ahli teori komunikasi. Ia mengkritik perkembangan media, pendidikan, dan politik. Akan tetapi, kritik utamanya bukan terkait masyarakat yang akan terjerumus ke dalam jurang kehancuran melainkan keengganan untuk mempertimbangkan ke mana pilihan seseorang akan membawanya.

Dalam bukunya yang berjudul Amusing Ourselves to Death, ia menyurvei sejarah media dan mengeksplorasi kekuatan televisi dalam membentuk budaya. Postman menelusuri sejarah yang membawa manusia ke tepi realitas. Namun, dalam teknopoli, ia menjelaskan prinsip dan logika operasional yang memungkinkan pandangan teknologi benar-benar mendominasi budaya.

Tujuan utama Postman mengangkat topik ini untuk meyakinkan para pembaca bahwa manusia tidak melihat kehadiran dan pengaruh teknologi dengan jelas. Dia mengatakan umat manusia cenderung melihat teknologi hanya sebatas teman atau sahabat.

Alasannya, teknologi membuat hidup lebih mudah, lebih bersih, dan lebih lama. Adakah yang bisa meminta lebih dari itu dari seorang sahabat? Selain itu, hubungannya yang panjang, intim, dan tak terelakkan membuat teknologi tidak “dicurigai” untuk diperiksa dengan cermat terkait konsekuensi berinteraksi dengannya.

Teknologi adalah jenis sahabat yang meminta kepercayaan dan kepatuhan, yang cenderung diberikan kebanyakan orang karena “karunia” yang diberikannya sungguh berlimpah. Namun, tentu saja, ada sisi gelap dari “sahabat” yang satu ini.

Teknologi yang tak terkendali dapat menghancurkan sumber-sumber vital kemanusiaan kita. Perkembangan teknologi menciptakan kebudayaan tanpa landasan moral. Ini merusak proses mental dan hubungan sosial tertentu yang dijalani manusia.

Selanjutnya, Ustaz Hamri menjelaskan tiga jenis budaya yang tercipta oleh teknologi. Pertama, teknologi membudaya sebagai alat. Teknologi pun mengatasi masalah kebutuhan spesifik dan mendesak untuk kebutuhan fisik. Teknologi juga melayani dunia simbolis, seni, politik, mitos, ritual, dan agama.

Kedua, teknologi membudaya menjadi teknokrasi. Ketika alat sudah menjadi ideologi, maka alat memainkan peran utama di dunia pemikiran budaya. Dunia sosial dan dunia simbolis menjadi makin tunduk kepada syarat-syarat perkembangan itu. Dari sinilah alat tidak terintegrasi pada budaya, tapi mulai menyerang budaya.

Ketiga, teknologi membudaya menjadi teknopoli. Di fase ini akan terjadi penyerahan semua bentuk kehidupan budaya kepada kedaulatan teknik dan teknologi. Perhitungan teknis pun harus menggantikan penilaian manusia. Pada akhirnya, kuantifikasi mencapai kemenangannya, yaitu apa yang tidak dapat diukur dianggap tidak ada atau tidak bernilai.

Postman ingin menunjukkan bahwa teknologi bisa jadi teman sekaligus musuh. Ini bukan upaya untuk menyorot alat dan gawai yang membuat hidup lebih mudah, lebih bersih, dan lebih lama. Namun, ini adalah ajakan untuk mempertimbangkan sifat dan pengaruh teknologi terhadap kehidupan manusia. zidny

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *