SIMAN–Ketika masyarakat Barat mengaku humanis, mereka juga memilih jalan hidup ateis. Hal ini disampaikan oleh Direktur CIOS, Harda Armayanto, M.A., Ph.D., dalam acara Ngaji Misykat, Rabu (24/7) lalu. Acara diadakan secara online karena beliau sedang dalam perjalanan ke Jakarta untuk memenuhi undangan MUI Pusat.
Ateisme di Barat dimulai dari sebuah kisah metaforika Nietszche tentang seorang gila yang mencari Tuhan dan proklamasi kematian Tuhan di Barat. Nietszche menganggap Tuhan hanya ada dalam pikiran dan tidak ada wujudnya di luar sana. Ia menganggap Tuhan sebagai konsep yang tidak nyata dan menyatakan bahwa Tuhan yang ia bunuh adalah Tuhan yang hanya ada dalam pikiran manusia.
Masyarakat Barat telah lama merasa tidak nyaman dengan agama dan menganggapnya sebagai penghalang kebebasan. Ateisme awalnya digunakan sebagai penghinaan, tetapi kemudian berkembang menjadi konsep yang lebih akademis dan filosofis.
Kritik terhadap teologi Kristen dan institusi gereja dilakukan oleh tokoh-tokoh seperti Giordano Bruno, Pierre Carvin, dan Rudolf Bultmann. Mereka menantang konsep Tuhan dalam teologi Kristen dan menganggap Tuhan sebagai tiran jiwa.
Michael Buckley dalam bukunya yang berjudul At the Origins of Modern Atheism menjelaskan bahwa ateisme modern muncul karena teologi Kristen tunduk pada filsafat rasionalis. Filsuf seperti Descartes dan Newton berperan penting dalam perkembangan paham ini.
Selanjutnya, gerakan kritik terhadap Bible mempertanyakan sejarah penulisan dan konsep Tuhan dalam Bible. Deisme merupakan salah satu pemicu perkembangan ateisme, dengan tokoh-tokoh seperti Spinoza dan Thomas Hobbes yang mengandalkan akal dalam memahami Tuhan.
Akhirnya, konflik pun terjadi antara intelektualitas dan religiusitas, filsafat dan teologi, serta agama dan sains. Ini jadi tantangan bagi teolog untuk berdialog dengan filsuf dan saintis yang sering menggugat keberadaan Tuhan dalam ilmu pengetahuan.
Di akhir kajian, Ustaz Harda menyampaikan pesan dari Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil., sang penulis buku Misykat, “Dalam Islam, hati yang tak berzikir akan mati dan otak yang tidak bertafakur akan kufur.”
“Semoga hati kita terus berzikir dan otak kita terus bertafakur. Hati, tindakan, dan ucapan kita harus selaras dengan keyakinan kita. Dengan iman, kita percaya bahwa Islam itu agama tauhid dan Allah satu-satunya Tuhan yang layak disembah,” ujarnya menutup kajian. zahin