SIMAN–Fenomena FoMo atau Fear of Missing Out jadi pembahasan menarik yang dibawakan oleh Ustazah Afifah Khansa Amani, Selasa (9/7) malam, dalam acara CIOS Researcher Forum (CRF), yang bertempat di Hall Hotel UNIDA Gontor. Menurutnya, dampak negatif yang diakibatkan FoMo tidak bisa dibiarkan begitu saja.
“Apa itu FoMO? FoMo singkatan dari Fear of Missing Out yang bisa diartikan sebagai rasa takut tertinggal dari orang lain,” ujarnya mengawali presentasi.
Dengan mengutip pendapat Andrew K. Pryzbylski, Ustazah Afifah menjelaskan lebih jauh tentang FoMO. “FoMO adalah kecemasan yang dialami individu ketika orang lain mengalami pengalaman berharga, sementara individu tersebut tidak mengalaminya. Hal ini ditandai dengan adanya keinginan untuk terus berhubungan dengan apa yang orang lain lakukan, terutama melalui media sosial.”
Fenomena ini sering terjadi akibat rasa cemas atau stres karena melihat orang lain yang membagikan pengalaman berharganya. Hal ini bisa dapat mengganggu aktivitas sehari-hari hingga mengurangi kualitas kerja dan kesejahteraan individu.
Ustazah Afifah mengaitkan fenomena FoMO dengan teori determinasi diri yang dikembangkan oleh Edward Deci dan Richard Ryan. Tiga aspek kebutuhan dasar manusia dalam teori ini adalah otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Demi merasa terhubung dan diterima oleh lingkungan sosial, seseorang terpaksa mengikuti tren tertentu hingga mengganggu ketiga kebutuhan tersebut.


Selanjutnya, ia memaparkan dampak psikologis dari FoMO mulai dari timbulnya kecemasan, stres, hingga penurunan kualitas hidup. Akibat FoMO, seseorang merasa dirinya tidak cukup baik dan terus menerus merasa tertinggal, yang dapat berujung pada masalah kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Secara ringkas, jelas Ustazah Afifah, FoMo dipengaruhi oleh media sosial, tekanan sosial, ekspektasi masyarakat, serta perkembangan teknologi dan informasi yang cepat. Contohnya, saat ini, banyak orang yang mengalami ketergantungan pada notifikasi media sosial dan tanpa sadar dipaksa untuk terus mengikuti aktivitas orang lain.
Terakhir, Ustazah Afifah menekankan pentingnya memahami FoMO sebagai fenomena yang relevan dengan tantangan kesehatan mental di era digital. Mengatasi FoMO harus melibatkan kesadaran akan pengaruh media sosial dan pengembangan strategi untuk menjaga keseimbangan antara konektivitas digital dan kesejahteraan mental. zahin